Mimpiku tak terlalu tinggi, bukan karena aku seorang apatis.
Melihat anak-anakku tersenyum dengan tubuhnya yang sehat sudah membuat hatiku
tenang. Menyaksikan keluarga kecilku hidup rukun tanpa beban merupakan anugrah
bagiku. Jadi, untuk ibu rumah tangga sepertiku rasanya tak perlu lagi aku mengidamkan
sesuatu yang berlebihan, yang mungkin di luar jangkauanku.
Meskipun
mimpiku sederhana, namun tak mudah bagiku untuk mewujudkannya. Di balik
keyakinanku akan terwujudnya mimpi sederhanaku itu, aku berjuang selayaknya
seorang ibu dan istri yang mencintai keluarganya. Bukan dengan harta, bukan
pula dengan sekedar tenaga. Aku mengerahkan segala insting yang kupunya dan
memadukannya dengan perasaan dan pikiran.
Tangis,
tawa, bosan, semua silih berganti menghiasi perjuanganku itu. Ada kalanya
suamiku justru menjadi penghancur semangatku karena seringkali kami berbeda
pandangan dan pendapat. Jika sudah begini aku harus memikirkan cara lain yang
tak akan mengobarkan nyala api dalam rumah tangga kami. Memertahankan pendapat
demi sebuah prinsip memang perlu dilakukan, tapi tidak seharusnya aku mendorong
egoku sampai mengorbankan keharmonisanku dengan suami. Jika itu terjadi maka
pupuslah sudah mimpi sederhanaku, anak-anakku menjadi korban dan aku mendapat
predikat ibu yang egois.
Memang
tak mudah dan perlu mental yang kuat. Bahkan untuk menjadi ibu rumah tangga
seperti sekarang saja aku harus mengorbankan banyak hal. Pendidikanku yang
tamatan S1 tidak terpakai sama sekali, ijazahku teronggok rapi di laci lemari
pakaian. Tubuhku yang semasa gadis selalu ku rawat, kini hampir tak kupedulikan
lagi karena tubuh indah dan kulit mulus bukan lagi menjadi tujuanku kini. Cukup
perawatan sederhana dan tidak mempermalukan suamiku sudah cukup bagiku. Seluruhnya kuutamakan untuk suami dan
anak-anakku.
Kelak
aku yakin mimpiku akan kebahagiaan keluarga kecilku ini pasti terwujud, atau
mungkin aku hanya perlu memertahankannya karena kini aku sudah merasakan
kebahagiaan itu. Walau memang seringkali kobaran api memerlihatkan sedikit
gejolaknya, jika itu terjadi aku kembali mencari pemadam dan berusaha menjadi
penyejuk agar suasana kembali nyaman dan terkendali.