Hidup bertetangga itu kadang
membingungkan. Di satu sisi tetangga itu adalah keluarga kedua karena merekalah
yang akan dimintai bantuannya ketika kita mengalami suatu kondisi darurat dan
harus segera memperoleh bantuan, namun di sisi lain tetangga juga bisa menjadi momok
ketika kita berusaha sejauh mungkin dengan yang namanya gibah atau bergunjing.
Biasanya ini terjadi di kalangan ibu-ibu,
walaupun tak bisa dipungkiri bahwa bapak-bapak pun ada yang hobinya bergunjing.
Kalau sudah menghadapi tetangga model begini biasanya kita akan dihadapkan pada
dua buah ujian, ujian yang pertama, tetap mendengarkan gunjingan dengan resiko
tanpa sadar kita terhipnotis untuk turut serta bergunjing karena sesungguhnya
bagi beberapa orang bergunjing itu mengasyikkan bahkan bisa membuat kita
melupakan hal lain yang lebih penting. Ujian yang kedua, pamit pergi
meninggalkan orang yang tengah bergunjing tersebut dengan resiko akan masuk
daftar blacklist untuk kemudian
dijadikan bahan gunjingan pada tetangga lain. Akhirnya buruklah nama kita di
mata tetangga lain, tak ada lagi undangan hajatan sampai ke rumah kita, tak ada
lagi senyum ramah dari para tetangga dan yang paling parah tak ada bantuan yang
kita peroleh ketika kita menghadapi kondisi darurat seperti yang saya sebutkan
di atas. Memang terdengar berlebihan, tapi itu kenyataan yang terjadi di
masyarakat kita dewasa ini bahkan mungkin sudah terjadi sejak jaman nenek
moyang.
Ternyata memang tidak mudah hidup bertetangga, dengan
keragaman sifat dan kebiasaan para tetangga membuat kita harus pintar-pintar
membawa diri agar tidak terjebak dan menjerumuskan diri sendiri atau orang
lain. Di negara ini atau di manapun kita pasti bertemu dengan orang yang “Biwir nyiru rombengeun”, atau
jangan-jangan anda termasuk orang seperti itu..(insyaAllah bukan). Biwir nyiru rombengeun adalah sebuah
pribahasa Sunda yang artinya seseorang yang senang membicarakan segala sesuatu
(termasuk rahasia) tanpa mempertimbangkan baik buruknya.
Orang-orang yang senang bergunjing rata-rata
adalah orang yang tidak bisa menyimpan rahasia orang lain dan pada akhirnya
membongkar rahasianya sendiri dan juga keburukannya sendiri. Ya, sangat cocok
disebut biwir nyiru rombengeun. Biwir nyiru rombengeun berasal dari tiga
suku kata, yaitu biwir yang artinya
bibir, nyiru yang artinya tampah yang
terbuat dari buluh atau rotan, rombengeun
yang artinya barang bekas atau rusak. Jika disatukan dapat diartikan ke dalam
bahasa Indonesia, yaitu memiliki bibir seperti tampah rusak, bukan dalam bentuk
fisik melainkan perkataan yang terucap dari bibirnya tidak layak didengar.
Istilah yang cocok untuk orang yang senang bergunjing.
Semoga kita terhindar dari orang-orang yang memiliki biwir nyiru rombengeun, jika terpaksa
berhadapan dengan orang seperti itu maka hadapilah dengan bijak, jangan sampai
ikut terjerumus dan menjadi bagian dari mereka. Hidup bertetangga bukan hal
yang mudah, ada baik dan buruk di sana. Senantiasa kita harus menjaga
silaturahmi dengan tetangga layaknya keluarga, saling tolong menolong hendaknya
dijadikan kebiasaan. Namun kita pun perlu berhati-hati dalam bergaul dengan
tetangga, membatasi pembicaraan tetap diperlukan agar tidak ada gunjingan dalam
pembicaraan kita, sehingga kita terhindar dari gibah yang dilarang agama. Agar tidak terlibat dalam pergunjingan maka
hindarilah dengan cara yang baik dan berkenan, contohnya berpura-pura kebelet buang air kecil lalu pamit masuk
ke rumah atau berpura-pura lupa mematikan kompor dan langsung berlari masuk ke
rumah. Asal tidak dengan cara yang menyakiti tentu kita bisa menghindari
pergunjingan dan tetap memelihara silaturahmi dengan tetangga.
Aduh, jangan deh kalo ngegosip....
BalasHapusBetull.. ngegosip cuma buang2 waktu n nambah dosa..
Hapus