Selasa, 23 September 2014

Biwir Nyiru Rombengeun

Hidup bertetangga itu kadang membingungkan. Di satu sisi tetangga itu adalah keluarga kedua karena merekalah yang akan dimintai bantuannya ketika kita mengalami suatu kondisi darurat dan harus segera memperoleh bantuan, namun di sisi lain tetangga juga bisa menjadi momok ketika kita berusaha sejauh mungkin dengan yang namanya gibah atau bergunjing. 

Biasanya ini terjadi di kalangan ibu-ibu, walaupun tak bisa dipungkiri bahwa bapak-bapak pun ada yang hobinya bergunjing. Kalau sudah menghadapi tetangga model begini biasanya kita akan dihadapkan pada dua buah ujian, ujian yang pertama, tetap mendengarkan gunjingan dengan resiko tanpa sadar kita terhipnotis untuk turut serta bergunjing karena sesungguhnya bagi beberapa orang bergunjing itu mengasyikkan bahkan bisa membuat kita melupakan hal lain yang lebih penting. Ujian yang kedua, pamit pergi meninggalkan orang yang tengah bergunjing tersebut dengan resiko akan masuk daftar blacklist untuk kemudian dijadikan bahan gunjingan pada tetangga lain. Akhirnya buruklah nama kita di mata tetangga lain, tak ada lagi undangan hajatan sampai ke rumah kita, tak ada lagi senyum ramah dari para tetangga dan yang paling parah tak ada bantuan yang kita peroleh ketika kita menghadapi kondisi darurat seperti yang saya sebutkan di atas. Memang terdengar berlebihan, tapi itu kenyataan yang terjadi di masyarakat kita dewasa ini bahkan mungkin sudah terjadi sejak jaman nenek moyang.

Ternyata memang tidak mudah hidup bertetangga, dengan keragaman sifat dan kebiasaan para tetangga membuat kita harus pintar-pintar membawa diri agar tidak terjebak dan menjerumuskan diri sendiri atau orang lain. Di negara ini atau di manapun kita pasti bertemu dengan orang yang “Biwir nyiru rombengeun”, atau jangan-jangan anda termasuk orang seperti itu..(insyaAllah bukan). Biwir nyiru rombengeun adalah sebuah pribahasa Sunda yang artinya seseorang yang senang membicarakan segala sesuatu (termasuk rahasia) tanpa mempertimbangkan baik buruknya.

Orang-orang yang senang bergunjing rata-rata adalah orang yang tidak bisa menyimpan rahasia orang lain dan pada akhirnya membongkar rahasianya sendiri dan juga keburukannya sendiri. Ya, sangat cocok disebut biwir nyiru rombengeun. Biwir nyiru rombengeun berasal dari tiga suku kata, yaitu biwir yang artinya bibir, nyiru yang artinya tampah yang terbuat dari buluh atau rotan, rombengeun yang artinya barang bekas atau rusak. Jika disatukan dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu memiliki bibir seperti tampah rusak, bukan dalam bentuk fisik melainkan perkataan yang terucap dari bibirnya tidak layak didengar. Istilah yang cocok untuk orang yang senang bergunjing.


Semoga kita terhindar dari orang-orang yang memiliki biwir nyiru rombengeun, jika terpaksa berhadapan dengan orang seperti itu maka hadapilah dengan bijak, jangan sampai ikut terjerumus dan menjadi bagian dari mereka. Hidup bertetangga bukan hal yang mudah, ada baik dan buruk di sana. Senantiasa kita harus menjaga silaturahmi dengan tetangga layaknya keluarga, saling tolong menolong hendaknya dijadikan kebiasaan. Namun kita pun perlu berhati-hati dalam bergaul dengan tetangga, membatasi pembicaraan tetap diperlukan agar tidak ada gunjingan dalam pembicaraan kita, sehingga kita terhindar dari gibah yang dilarang agama. Agar tidak terlibat dalam pergunjingan maka hindarilah dengan cara yang baik dan berkenan, contohnya berpura-pura kebelet buang air kecil lalu pamit masuk ke rumah atau berpura-pura lupa mematikan kompor dan langsung berlari masuk ke rumah. Asal tidak dengan cara yang menyakiti tentu kita bisa menghindari pergunjingan dan tetap memelihara silaturahmi dengan tetangga.



2 komentar: